Oleh : Yodhia Antariksa.
Biaya hidup rasanya terus mendaki dari tahun ke tahun, dengan kecepatan yang acap membikin kita terkaing-kaing. Biaya belanja sehari-hari, biaya anak sekolah (lengkap dengan seabrek kursus-kursunya), biaya tak terduga (ah, betapa banyaknya pos yang satu ini!), rasanya terus melambung.
Bagi Anda yang bekerja sebagai karyawan kantoran, dimana kenaikan gaji sering cuman segitu-segitu saja, tentu melambungnya biaya hidup itu acap membikin kepala kliyengan. Belum tiba tanggal gajian, lho kok uangnya sudah habis duluan. Boro-boro liburan sekeluarga ke Bali, uang buat beli susu saja kadang ndak cukup. Doh !
Bagi sebagian besar orang, konsep kebebasan financial (financial freedom) memang masih terasa sebagai sebuah fantasi. Jadi bagaimana dong? Bagaimana agar tidur kita lebih nyenyak, ndak diganggu dengan beban finansial keluarga yang rasanya kian berat?
Dilatari oleh kondisi seperti itulah, lalu muncul gagasan tentang mencari rezeki tambahan dari penghasilan sampingan. Maksudnya, selain gaji sebagai pekerja kantoran, bisa ndak ya kira-kira kita bisa mengais sejumput rezeki tambahan yang halal, dari usaha sampingan?
Jawabannya : bisa. Dan disini kita akan membahas dua pilihan yang mungkin bisa dilakoni untuk mencari rezeki.
Pilihan yang pertama adalah : mulai memberdayakan istri/calon istri untuk mencari sumber penghasilan tambahan (sory, pilihan ini memang hanya berlaku bagi Anda yang berjenis kelamin lelaki). Mungkin sebagian dari kita sudah memiliki istri; dan banyak diantaranya hanya berperan sebagai ibu rumah tangga thok. Kalau begini, kenapa kita tidak mulai mendorong dan memberdayakan pasangan hidup kita untuk ber-metamorfosa menjadi insan yang produktif?
Memang tidak semua istri kita punya bakat untuk menjalani usaha atau pandai berdagang. Namun dengan dorongan Anda, para ibu rumah tangga itu pasti bisa belajar menjadi penghasil rezeki yang tangguh (apalagi jika sudah kepepet).
Contoh : rekan saya yang bekerja sebagai pekerja di sebuah BUMN memberdayakan istrinya untuk menjadi pengelola toko serba ada miliknya. Melalui usaha yang berjibaku, omzet tokonya itu telah menghasilkan keuntungan yang sama dengan gaji bulanan dia. Lumayan.
Apalagi jika istri/calon istri Anda itu punya hobi atau bakat keahlian tertentu, seperti masak, suka fashion/menjahit, atau demen dengan pernik kecantikan. Nah, kalau seperti ini bisa lebih mak nyus. Salah satu tetangga saya misalnya, punya istri yang jago bikin risoles yang renyah. Kini usaha sampingan istrinya itu terus melesat; dan memberikan tambahan rezeki yang melimpah.
Jadi kalau Anda punya istri/calon istri yang potensial, kenapa tidak mulai dari sekarang diberdayakan menjadi pencari rezeki tambahan?
Pilihan yang kedua adalah : mencari penghasilan tambahan melalui keahlian Anda. Kita tahu sebagai pekerja kantoran kita bekerja Senin – Jumat dari jam 8 – 5 sore. Nah bukankah kita masih punya waktu setelah itu. Misal dari jam 7 s/d jam 12 malam? Atau di hari Sabtu. Mengapa kita tidak menggunakan waktu ini untuk mencari penghasilan tambahan?
Misalnya, malam-malam daripada sekedar browsing ndak karuan, mengapa kita tidak melakukan kegiatan online untuk mencari tambahan penghasilan. Seperti teman saya misalnya. Selain bekerja dari pagi sampai sore sebagai pekerja kantoran, di malam hari ia menjalankan kegiatan kursus membaca cepat secara online. Ajaib : peminatnya membludak (peminatnya banyak karena memang kursus membaca cepat-nya bermutu bagus).
Atau jika Anda punya keahlian sebagai trainer, mengapa tidak mencari tambahan rezeki dengan menjadi trainer pas di hari Sabtu atau di hari kerja dengan cara mengambil cuti. Atau contoh lain : setiap Sabtu atau di malam hari, Anda meluangkan waktu untuk mengelola bisnis Anda sendiri, entah bisnis bikin seragam kantor, bisnis jualan pulsa elektronik, bisnis jualan makanan khas dari kampung halaman Anda, bisnis cuci mobil, bisnis jualan kebab waralaba, atau bisnis pijat refleksi.
Pendeknya, meski bekerja sebagai karyawan kantoran, kita tidak menutup peluang untuk mencari penghasilan tambahan yang halal. Baik pilihan pertama, pilihan kedua atau kombinasi dari dua pilihan diatas, bisa Anda lakukan dengan sepenuh hati. Yang penting : action. Jangan cuma dipikir-pikir doang. Kalau cuman dipikir, kapan aksinya dong.
Sumber berita : https://strategimanajemen.net/2010/07/19/mengais-rezeki-dari-penghasilan-sampingan-kenapa-tidak/