Matematika merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk membentuk pola pikir matematis, yaitu sistematis, akurat, dan terarah.
Banyak orang salah memersepsikan matematika sehingga pembelajaran matematika di Indonesia tidak berkembang secara berarti. Materi ajar tidak berubah sesuai konteks zaman, selain guru-guru yang masih dibebani urusan administrasi yang tidak terkait langsung dengan kualitas siswa, khususnya matematika.
Kenyataannya adalah ketika mendengar kata matematika, yang terbayang adalah angka dan hitung-hitungan, padahal matematika bukan tentang itu. Matematika berbicara tentang konsistensi logika setiap manusia. Matematika merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk membentuk pola pikir matematis, yaitu sistematis, akurat, dan terarah.
Selain alat untuk melatih logika, sesungguhnya matematika juga merupakan salah satu cabang dari ilmu bahasa. Cara alam berbicara dengan manusia adalah dengan menggunakan bahasa matematika. Angin berembus, air mengalir, matahari membakar, daun-daun berguguran.
Matematika memiliki hubungan harmonis dengan semua aspek kehidupan. Seluruhnya menjadi pola dari matematika. Dengan kata lain, matematika adalah sastra tingkat tinggi yang hanya dipahami oleh insan berkesadaran. Matematika adalah wujud dari ketidakpastian meski selama ini selalu dikesankan sebagai kepastian (ilmu pasti).
Untuk menghilangkan kesalahpahaman ini, perlu ada reformasi besar-besaran di dalam manajemen pendidikan kita. Artinya, perlu ada terobosan berani untuk keluar dari kebiasaan dengan mengubah seluruh aspek yang sudah tidak relevan dengan pendidikan modern saat ini.
Manajemen pendidikan harus mampu mengubah cara pandang lama tentang makhluk yang bernama matematika. Ia bukan binatang buas yang mengerikan, ia juga bukan binatang peliharaan yang imut menggemaskan. Matematika adalah manusia bijaksana yang dapat menuntun kita menyibak cakrawala keilmuan dan keindahan alam semesta.
Perubahan harus dimulai dari diri sendiri. Mari memandang matematika dari sisi berbeda, sebagai narasi semesta kepada kita, bukan sekadar hitung-hitungan.
DIKO AHMAD RIZA PRIMADI
Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Matematika,
Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
sumber link : https://www.kompas.id/baca/opini/2021/03/26/matematika-6/