Merangkai Kata untuk Peradaban

Meskipun pelatihan Ketrampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT) hanya berlangsung 6 hari, namun hikmah yang terkandung sangatlah luas. Belum hilang ingatan saat pelatihan HOTS, dan yang sebelumnya Kurikulum 13. Betapa berat beban seorang guru, yang harus mencerdaskan generasi bangsa. Amanah ini tetap akan kami pikul sebagai sebuah cita-cita luhur sebagai salah satu warga negara.

Ada sisa-sisa informasi yang harus kami bagikan kepada pembaca.  Insya Allah ada satu atau dua butir yang akan bermanfaat. Hanya pengalaman yang kami alami selama mengikuti KBTT. Adalah Bapak Tofa Kurnia Alim, S. Pd, yang mengalami secara langsung bagaimana rasanya menjadi peserta KBTT. Bertemu dengan teman-teman guru senior di SMP Negeri 4 Yogyakarta, yang memberi semangat untuk selalu belajar. Belajar tak pernah menegenal finish. Merasakan ilmu-ilmu baru demikian nikmat untuk direguk.

Kedua, banyak ilmu yang kami dapatkan dalam mendesain pembelajaran. Bagaimana agar pembelajaran tidak membosankan dan berkesan bagi siswanya. Ada banyak trik yang didapatkan untuk memperoleh kegiatan di kelas lebih dinamis. Ketiga, ketelitian dari teman-teman guru senior dalam merangkai kata yang diujudkan dalam tulisan patut diteladani. Kalimat bukan saja terbangun dari kata. Pemilihan kata haruslah bermakna, sehingga siswa memiliki pengalaman belajar.

Keempat, kehangatan dan suasana kekeluargaan guru senior dalam membimbing saya untuk lebih bersikap dewasa. Pengalaman adalah ilmu terbaik. Untuk menjadi guru sejati, bukan hanya pengetahuan saja yang disampaikan, namun keteladanan dalam perilaku yang dicerminkan dalam pergaulan sehari-hari. Saya berharap agar KBTT tidak hanya berhenti pada tingkat pelatihan dan tugas. Perlu adanya forum pembuatan soal, dan yang lebih penting lagi membuat soal dalam Bahasa Inggris.

Lain halnya dengan Ibu Zakia, S.Pd. KBTT memiliki bobot tersendiri bila harus dibandingkan dengan pelatihan lainnya. Guru yang keseharian mengajar di SMP Muhammadiyah 6 ini, bangga menjadi salah satu peserta KBTT. Memang ada benang merah antara HOTS dengan KBTT. Hanya saja, pada HOTS lebih mementingkan soal, sedangkan KBTT lebih menitik beratkan pada pembelajarannya. Boleh dibilang di KBTT, mengajak siswa untuk berfikir tidak sederhana.

Menurutnya, dalam pelatihan KBTT mendapatkan pengetahuan baru terutama merancang sebuah pembelajaran. Kegiatan di kelas bukan hanya berpusat pada siswa, akan tetapi lebih jauh lagi yaitu bagaimana siswa terampil memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pelajaran matematika, hitungan adalah penting. Karena untuk menopang bernalar matematis. Namun kehidupan tak hanya berbicara tentang hitungan. Ada yang lebih tinggi, yaitu merangkai kejadian-kejadian menjadi sebuah pengetahuan yang bermakna.

Sedangkan harapannya agar hasil diklat ini dapat bertransformasi dari pola pembelajaran klasik ke pola yang baru, yaitu model KBTT. Dari guru sentris menjadi siswa sentris. Siswalah yang menjadi obyek pembelajaran. Semoga guru mampu mendesain pembelajaran yang dapat menimbulkan siswa aktif dan kratif. Siswa menjadi bergairah dalam belajar.

 

Tinggalkan Balasan