Biasakan Ngobrol Bersama Anak Usia Dini, Ini Manfaatnya

Wahai bunda dan ayah, apakah anda termasuk orangtua yang memiliki anak usia bayi di bawah 3 tahun (Batita) ? Jika punya, sejak usia berapa anda mengajaknya untuk terus berbicara, dan apa manfaat dari semua itu ?

Mungkin sebagian ada yang berkata, “Ngapain ngobrol sama bayi ? Kayak kurang kerjaan aja”. Ups! bayi juga manusia ya bunda dan ayah, komunikasi tentu penting untuk dilakukan sejak bayi lahir, bahkan ada yang menyarankan sejak dalam kandungan.

Bagi mereka yang ragu akan manfaat komunikasi dengan batita, mungkin anda perlu belajar dari pengalaman seorang ibu rumah tangga dan juga pernah berprofesi menjadi guru PAUD di Yogyakarta bernama Retno Hening. Ibu Retno Hening dinilai ‘pas’ menjadi figur orang tua yang terbukti sukses membuat anaknya cepat berbicara secara lancar kurang dari usia 2,5 tahun.

Demikian tutur Ibu Retno “Ketika saya terbiasa mengobrol dengan Kirana (anak ibu Retno) tentang apa saja. Saya bisa mengerti dia, bahkan ketika dia mengatakan kata-kata yang tidak ada artinya. Seperti kata “Pacebo” ternyata menunjukan kata “Buka”.

Dengan terus berbicara, merespon dan memahami anak adalah usaha untuk menjadikan anak tidak terabaikan. Membuat anak menjadi nyaman, itulah fungsi komunikasi. Sering mengajak ngobrol sejak bayi, tentu memiliki manfaat yang baik dalam segi kemampuan bahasa anak. 

Tahukah anda, tangisan bayi adalah komunikasi. Mereka menangis bukan untuk merepotkan para orangtua atau bahkan bermaksud mengganggu anda. Mereka membutuhkan sesuatu, mereka membutuhkan kita. Anak bayi pipis, “Pup”, haus, lapar berkomunikasi dengan menangis awalnya. Masihkah anda tidak ingin banyak berbicara sejak anak anda bayi?

Nah, membangun kedekatan anak dengan orang tua diawali dengan mengobrol dimulai sejak anak lahir. Berikut ini contoh membangun komunikasi bersama anak sejak lahir.

Pada usia 0-6 bulan, ayah dan bunda dapat memulainya dengan senyuman dan menyapa anak. Ketika menangis tenangkan dengan memberikan obrolan yang lembut, menggendongnya atau mengusapnya. Ngobrol saat menyusui, merespon suara dan ocehan anak.

Pada usia 6-12 bulan, membacakan buku anak yang terbuat dari kain sehingga nyaman dipegang. Sejak usia 7 bulan mengenalkan permainan kartu-kartu bergambar. Menonton video secara bersama-sama. Menceritakan apa yang ada disekitar kita, bertanya tentang anktivitas anak.

Pada usia 1-2 tahun, membacakan buku dan meminta menunjukan gambar pada buku, seperti “Kucing yang mana nak?” Atau memberi intruksi sederhana pada anak “Nak, tolong buang sampah pada tempatnya ya”. Pada usia 2-3 tahun anak sudah lancar berbicara, anak mulai aktif bertanya, menjawab, merespon, cari perhatian.

Semua contoh komunikasi di atas disertai obrolan yang intensif anak dan orangtua. Dengan sering mengajak anak ngobrol, merespon setiap ocehan, suara yang dikeluarkan anak, melatih anak untuk cepat berbicara. Sebagaimana gadis mungil Kirana yang lancar berbicara dan berekspresi sebelum genap usia 3 tahun.

sumber link : http://pundi.or.id/pundi/artikel?post=163

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *