oleh : AMK Affandi
Sudah sering, bahkan terlalu sering mendengar keluhan dari konsumen yang dikecewakan oleh pihak produsen (toko, terutama yang menerapkan pembayaran dengan sistim mesin). Mereka mengeluhkan harga yang tertera di label berbeda dengan harga yang ada di kasir. Harga pasti lebih mahal. Mereka inilah yang teliti dalam membeli. Jumlahnya lebih sedikit dari pembeli yang lain. Bagi yang kurang teliti, terkadang uang kembalian tidak pernah dihitung. Langsung masukkan ke saku atau dompet.
Jual beli dalam sebuah mekanisme pasar mestinya harus teliti. Karena barang sekarang biasanya memiliki jumlah yang berlebihan. Kalau jumlah semakin banyak, besar kemungkinan barang yang tersedia tidak sempurna semakin banyak. Sehingga, konsumen kurang teliti terhadap barangnya itu sendiri atau harga barang. Kecenderungan jual beli semacam ini, dipicu antara lain antrian yang cukup panjang di depan kasir. Kasir menjadi tergesa-gesa. Atau pembeli itu sendiri yang teledor.
Ada nasehat yang bisa dijadikan pegangan dalam hal jual-beli seperti berikut ini :
Teliti sebelum membeli barang/jasa yang diperlukan
Rupanya iklan lama masih ampuh. Masih terngiang melihat dan mendengarkan petuah dari acara televise jaman dulu. Setiap akan atau usai durasi iklan akan muncul tulisan “teliti sebelum membeli”. Nasihat ini sangat ampuh. Bahkan bukan hanya barang. Apapun sebelum memutuskan untuk ditimbang-timbang dalam menentukan sebuah pilihan.
Membeli sesuai dengan kebutuhan dan tidak konsumtif (tidak berlebihan)
Dalam hukum ilmu ekonomi klasik, tercatat bahwa membeli barang harus sesuai dengan kebutuhan. Jangankan untuk kebutuhan sekunder. Kebutuhan primerpun belum tentu semua orang dapat menikmati.
Di era teknologi yang semakin maju ini, menciptakan barang ibarat orang bersiul. Ketika sebuah angan telah menemukan formulanya, tidak begitu lama, maka barang itu segera akan terwujud. Karena untuk membuat barang sebagai kebutuhan, harus didukung oleh teknologi. Untuk mendapatkan teknologi, saat ini begitu mudah.
Membeli yang perlu dan tidak mudah terpengaruh janji, promosi, dan iklan dari penjual
Bahasa iklan harus merayu. Iklan harus menarik. Merdu didengar, sedap dipandang. Bagaimana mau terjual kalau yang menawarkan saja serampangan cara memasarkannya? Iklan memegang peranan penting dalam risalah jual-beli.
Dipihak lain, pembeli harus cerdas. Jangan terhanyut oleh rayuan iklan. Boleh saja termakan isyu penawaran, namun akal harus waras. Bermain ketat dengan catatan yang telah dibawa dari rumah. Pikirkan masak-masak dari rumah. Prioritaskan membeli barang yang dibutuhkan.
Berani menuntut jika barang/jasa yang dibeli tidak sesuai dengan yang dijanjikan
Andai barang yang terbeli mengalami cacat atau tidak sesuai dengan spesifikasi, segeralah dikomplain. Dengan catatan saat akad jual beli kedua belah pihak sudah melakukan konsensus, seperti tata cara penggunaan, catatan-catatan saat jual-beli. Makanya, sebelum barang terbeli lihat dulu aturan spesifikasi barang, cara mengelola barang dan ketentuan lain sesuai petunjuk produsen.