oleh : AMK Affandi
Pandemi covid-19 memang tidak semua meluluhkan sendi kehidupan ini. Bahkan dibeberapa sudut menimbulkan kreatifitas. Seperti sebuah balon karet. Bila satu sisi ditekan, maka bagian lain akan mengembang. Itulah yang dirasakan saat ini. Manusia tidak pernah diam. Akal selalu bergerak.
Corona yang menghantam kehidupan ini dirasakan benar oleh orang yang bekerja. Mereka yang keseharian bekerja dengan masalah administrasi atau literasi merasakan benar. Suasana pergerakan semakin dipersempit, maka akal akan berkelana mencari solusi agar berkarya tetap produktif. Target yang dicanangkan diusahakan agar tercapai. Bila tak mencapai sasaran, minimal mendekati sasaran.
Birokrasi adalah tata kerja suatu organisasi yang berpegang teguh secara ketat pada aturan. Organisasi adalah sekumpulan orang yang memiliki tujuan yang sama. Sehingga orang yang bekerja pada sebuah lebaga atau organisasi dengan tujuan tertentu, dia sudah melaksanakan birokrasi.
Birokrasi dibuat agar pekerjaan tertata rapi sejak perencanaan hingga evaluasi. Kerapian ini tentu dipagari dengan ketentuan-ketentuan yang harus ditaati. Seorang pekerja tidak mungkin bekerja diluar koridor yang telah ditentukan. Semuanya sudah tersistem. Itu bisa berjalan bila sarana dan sarana cukup pendukung dalam berkarya.
Bagaimana bila suasana agak berbeda dengan adanya corona? Harus diakui bahwa pada masa pandemi corona ini, birokrasi agak tersendat. Suasana bekerja lain sama sekali. Orang yang bekerja bersama dengan tatap muka akan sangat berbeda bila dilakukan dengan hanya mengandalkan alat komunikasi.
Bekerja bersama dalam satu, tidak hanya tenaga yang dibutuhkan, namun juga rasa. Orang akan melihat secara langsung, bagaimana teman yang bekerja dirasakan sangat berat. Kita juga bisa melihat teman yang bekerja tanpa kesungguhan. Demikian pula, seorang pimpinan akan menilai secara otentik bagaimana karyawan menghasilkan sebuah karya.
Bagaimana agar produksi tetap meningkat meskipun dalam suasana covid-19. Menurut Sofyan Effendi, seorang guru besar Administrasi Negara Universitas Gajah Mada, mengatakan : “Meskipun masih dalam suasana pandemi, tidak bisa menjadi alasan untuk menurunkan daya birokrasi”. Lebih lanjut, jika birokrasi tidak bisa menghadapi arus tantangan di kelas yang baru, sangat mungkin Indonesia terpeleset ke negara berpendapatan menengak bawah.
Work From Home (WFH), menjadi salah satu solusi dikala hubungan sosial sangat dibatasi. WFH dapat berjalan lancar apabila alat komunikasi juga tersedia dan tidak menemui kendala. Selama ini, provider menjadi andalan sebagai jembatan untuk sharing dokumen. Berbagi pekerjaan secara bersama-sama dalam waktu bersamaan juga bisa dilakukan. Jadi, secara konsep tidak ada kendala dalam mengejar target pekerjaan.
Meskipun demikian, dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni, siap untuk bekerja dengan berbagai macam aplikasi teknologi informasi (TI) yang tersedia. Pemerintah dan Lembaga harus mendongkrak SDM menjadi tenaga trampil TI. Jangan sampai, sebagai alternatif yang terbaik dalam WFH justru malah kedodoran. Padahal target harus tercapai.
Andaikata jaringan internet atau jaringan seluler sangat sukar didapatkan, sistim paketan bisa menjadi alternatif. Setiap beberapa hari tertentu, kantor menyediakan bahan yang akan dikerjakan. Dihari tertentu seseorang mengambil paket untuk diselesaikan di rumah. Cara yang kedua ini efektif dan sama-sama menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Bandingkan Pandemi covid-19 dengan beberapa pandemic lain. Sebaran virus Flu Babi yang berasal dari Meksiko, terdeteksi sekitar tahun 2009. Flu Babi ini telah merenggut nyawa lebih dari 500.000 orang. Boleh juga dibandingkan dengan Flu Spanyol, yang lebih dikenal dengan “The Mother of All Pandemics”. Virus ini mengakibatkan 500 juta orang yang menjadi korbannya.
Virus sebenarnya tidak bergerak. Justru yang menggerakkan adalah manusia. Pandemi covid-19 karena dibawa oleh pergerakan manusia yang nomad. Demikian juga Flu Spanyol yang digerakkan oleh pasukan Perang Dunia II. Sangat tepat bila, virus yang makin merajalela ini dilawan dengan “di rumah saja”, agar virus tak punya kendaraan.