Penilaian Abad 21
Kita sepakat bahwa model soal pilihan ganda adalah model yang paling jelek. Karena pilihan ganda mengajarkan kepada anak didik tidak berpikir kreatif. Pilihan ganda menuntun siswa untuk berperilaku gambling. Model soal ini mentradisikan siswa hanya memilih satu diantara 4 atau lima jawaban yang tersedia.
Pilihan di atas benar untuk keadaan tertentu, tapi tidak sepenuhnya salah untuk situasi tertentu pula. Pilihan ganda dapat digunakan manakala peserta test melibatkan orang banyak. Sehingga cara penilaian lebih efektif dibanding dengan menggunakan model uraian. Validitas soal pilihan ganda juga tidak kalah dibanding dengan jenis uraian.
Setiap butir soal dianalisis dengan menggunakan instrumen tertentu, yang sebelumnya juga telah diukur indikator, kompetensi dasar, dan hal-hal lain yang memenuhi syarat cara pembuatan soal pilihan ganda.
Ujian Nasional Berbasis Komputer yang telah diselenggarakan beberapa kali, memang masih menggunakan pilihan ganda. Wacana menambah tipe soal berbentuk uraian semakin deras diwacanakan. Beberapa kali simulasi telah diuji cobakan, hasil menunjukkan validitas yang cukup tinggi.
Namun demikian, model penilaian tujuan pembelajaran abad 21 tidak boleh lepas dari kaidah-kaidah atau indikator saat seseorang hidup di abad ke-21. Penilaian dan pembelajaran tidak dapat dipisahkan, keduanya menyatu (integrated). Kualitas pembelajaran yang baik dapat dilihat dari kualitas penilaiannya, begitupun sebaliknya kualitas penilaian dapat menunjukkan bagaimana kualitas pembelajarannya.
Pendidik harus mampu merancang sistem penilaian yang bersifat kontinu artinya penilaian dilakukan sejak peserta didik mulai melakukan kegiatan, sedang, dan setelah selesai melaksanakan kegiatannya. Penilaian bisa diberikan di antara peserta didik sebagai feedback, oleh pendidik dengan rubrik yang telah disiapkan atau berdasarkan kinerja serta produk yang mereka hasilkan.
Keberhasilan dalam suatu proses pelaksanaan pembelajaran dapat diketahui dengan evaluasi. Hasil belajar siswa akan dapat diketahui secara tepat apabila guru dapat memilih metode penilaian yang tepat pula.
Apapun bentuknya, di masa yang akan datang pendidik harus mengetahui jenis-jenis penilaian agar siswa dapat menemukan karakternya. Masing-masing anak memiliki keunikan tersendiri. Tidak bisa disamakan. Keunikan itulah sebenarnya yang mewarnai pendidikan. Beberapa jenis penilaian atau evaluasi antara lain :
Penilaian Autentik adalah penilaian terhadap kinerja atau produk yang dikembangkan siswa untuk didemonstrasikan. Bentuknya sesuai dengan isi materi dan keterampilan yang sedang dipelajari. Cara menilai dapat berupa daftar ceklist, skala sikap, daftar periksa peringkat produk, dan rubrik. Penyusunan indikatornya bisa dimulai dari yang sederhana sampai tingkat yang lebih tinggi, sesuai dengan materi yang dipelajari.
Penilaian Portofolio adalah penilaian terhadap prestasi dalam hal analisis, sintaksis, dan evaluasi. Ada dua jenis penilaian portofolio yakni portofolio tradisional (koleksi fisik dari hasil karya siswa ) atau portofolio elektronik (pekerjaan menggunakan karya digital). Jenis penilaian seperti ini bersikap hati-hati dan teliti. Pengetahuan penilai tak cukup hanya dengan materi yang dikuasai. Penilai mesti memiliki wawasan yang lebih luas, agar saat peserta didik memiliki pengetahuan yang baru, seorang guru dapat mengetahui. Apalagi yang terkait dengan digital.
Penilaian Tradisional adalah penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa. Penilaian tradisional meliputi soal pilihan ganda, mengisi bagian yang kosong, isian singkat, benar salah, dan isian singkat.