Empat Observatorium di Kawasan Sumatera
Oleh : Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar
Di kawasan barat Indonesia (pulau Sumatera) setidaknya hari ini ada empat pusat observatorium yang telah berdiri dan beroperasi, tersebar di sejumlah tempat, yaitu (1) Observatorium Tengku Chiek Kuta Karang di Lhoknga Aceh, (2) Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF UMSU) di Medan, (3) Observatorium Malikussaleh IAIN Lhokseumawe di Aceh, dan (4) Observatorium Astronnomi ITERA Lampung (OAIL) di Lampung.
Patut dicatat, selain empat observatorium ini, sangat boleh jadi masih ada observatorium lainnya di pulau Sumatera yang eksis maupun masih dalam tahap pengembangan, namun belum diperoleh informasi tentangnya.
Observatorium Tengku Chiek Kuta Karang
Observatorium Tengku Chiek Kuta Karang Lhoknga Aceh terhitung observatorium pertama berdiri dan beroperasi di pulau Sumatera, dibangun pada periode tahun 2007-2008 yang diresmikan oleh Dirjen Bimas Islam (Prof. Dr. Abdul Jamil) dan Kasubdit Hisab Rukyat (Dr. Ahmad Izzuddin) pada tanggal 24 Rajab 1435 H/24 Mei 2014 M.
Observatorium ini berlokasi di kawasan pantai Lhoknga, Propinsi Aceh, sekitar 14 kilometer dari kantor Kanwil Kemenag Aceh. Secara formal, observatorium ini berada dibawah Kanwil Kemenag Aceh.
Observatorium Tengku Chiek Kuta Karang Lhoknga Aceh
Nama observatorium ini (Tengku Chiek Kuta Karang) diambil dari nama salah seorang ahli falak asal Aceh bernama Syaikh Abbas bin Muhammad al-Asyi atau lebih dikenal dengan Syaikh Abbas Kuta Karang. Pencatutan nama tokoh ini adalah bentuk apresiasi budaya dan kearifan lokal tokoh/ulama setempat.
Aktivitas utama dan rutin observatorium ini adalah pengamatan hilal guna menentukan awal bulan kamariah, khususnya Ramadan, Syawal, dan Zulhijah, yang merupakan tugas dan fungsi Kemenag di Tim Hisab Rukyat (THR), dimana observatorium ini menjadi salah satu titik Pos Observasi Bulan (POB) penting di Indonesia.
Selain aktivitas pengamatan hilal, observatorium ini juga rutin membuat jadwal waktu salat dan jadwal imsakiyah untuk masyarakat.
Observatorium ini juga menyelenggarakan aktivitas yang bersifat edukasi astronomi dan pengabdian kepada masyarakat. Diantaranya sering menjadi lokasi praktikum mahasiswa, seperti praktikum teleskop, theodolit, mizwala, dan lain-lain.
Selama tahun 2019 tercatat ada 26 kelompok masyarakat, terutama dari kalangan sekolah dan dayah (pesantren) yang datang berkunjung dan belajar. Salah satu tokoh di observatorium ini adalah Ustadz Alfirdaus Putra, yang juga pejabat Kementerian Agama setempat sebagai Pelaksana Hisab Rukyat Kanwil Kemenag Provinsi Aceh, sedangkan di observatorium sebagai Koordinator Pelaksana.
Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Observatorium ini berdiri tahun 2014, diresmikan oleh Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, MA (Ketua MTT PP Muhammadiyah) dan Dr. Agussani, MAP (Rektor UMSU), lalu dalam Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan (KNIB) di Yogyakarta, observatorium ini kembali diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Observatorium ini terhitung yang pertama dalam tingkat perguruan tinggi swasta di Indonesia dan dalam perkembangannya menginisiasi dan menjadi inspirasi berdirinya observatorium di sejumlah observatorium di perguruan tinggi Indonesia. Salah satu kontribusi observatorium ini adalah menjadi salah satu titik pengamatan hilal di Indonesia.
Selain itu juga menjadi lokasi dan seremoni penyelenggaraan Rukyatul Hilal setiap tahun oleh pemerintah kota Medan yang dihadiri Wali Kota Medan, Kementerian Agama setempat, MUI Kota Medan, dan ormas-ormas Islam.
Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Adapun aktivitas observatorium ini pada dasarnya sama seperti observatorium-observatorium lainnya. Sesuai coraknya, observatorium ini lebih memofuskan pada aspek pendidikan, pelathan, pengabdian masyarakat tentang astronomi, selain juga melakukan penelitian seperti pengukuran kecerlangan langit kota Medan dan Barus, penelitian hilal, dan lain-lain.
Kini, observatorium ini telah memiliki jurnal ilmiah tentang astronomi Islam bernama AL-MARSHAD (Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu Berkaitan), yang telah terakreditasi Sinta 3. Selain itu, dalam bidang literasi astronomi, observatorium ini menghasilkan sejumlah buku, baik buku teks maupun buku-buku panduan.
Observatorium Malikussaleh IAIN Lhokseumawe
Selanjutnya, Observatorium Malikussaleh IAIN Lhokseumawe. Observatorium ini terbilang baru berdiri yaitu tahun 2017, diresmikan oleh Rektor IAIN Lhokseumawe Dr. H. Hafifuddin, M.Ag. Dalam konstruksi kelengkapannya, observatorium ini telah memiliki kubah permanen, di dalamnya terdapat sebuah teleskop GSO RC 12.
Dalam hierarkinya, observatorium ini berada di bawah Jurusan Astronomi Islam Fakultas Syariah IAIN Lhokseumawe, yang saat ini dikepalai oleh Hasna Tuddar Putri, M.SI. Adapun aktivitas observatorium ini secara umum meliputi observasi, penelitian, pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat terkait astronomi (ilmu falak).
Dalam kegiatan observasi diantaranya pengamatan hilal, matahari, gerhana, supermoon, dan lain-lain. Dalam bidang pelatihan astronomi diantaranya pelatihan penggunaan Teodolit, Mizwala, SQM, Sundial, Peta Bintang, Teleskop, dan lain-lain.
Dalam bidang edukasi publik diantaranya dengan menyelenggarakan nonton bareng film astronomi, penuntasan kurikulum fikih tingkat SMP dan SMA yang berkaitan dengan astronomi, memfasilitasi momen pengamatan bulan untuk publik (InOMN), dan lain-lain.
Observatorium Malikussaleh IAIN Lhokseumawe
Dalam aktivitasnya, observatorium ini juga didukung sumber daya manusia yang cukup baik, dimana sejumlah dosen merupakan alumni jurusan ilmu falak dari UIN Wali Songo Semarang, seperti Ismail, Machzumy, dan Hasna Tuddar Putri.
Observatorium Astronnomi ITERA Lampung
Adapun Observatorium Astronnomi ITERA Lampung, disingkat OAIL, merupakan observatorium dengan genre mirip seperti Observatorium Bosscha, yang berlokasi di Lampung.
Observatorium ini berada dibawah naungan Institut Teknologi Sumatera (ITERA). Secara operasional, observatorium ini telah dimulai sejak tahun 2016.
Dalam motif pendiriannya, observatorium ini dirancang untuk menjadi pusat edukasi astronomi yang membina generasi muda pecinta astronomi lewat berbagai pelatihan, seperti astrofotografi, olimpiade astronomi, dan kerjasama antar perguruan tinggi dalam dan luar negeri. Observatorium ini juga memofuskan riset sains atmosfer dan keplanetan.
Observatorium Astronnomi ITERA Lampung
Secara lokalitas, observatorium ini cukup representatif, sebab berdasarkan hasil pengukuran memperlihatkan bahwa lokasi observatorium ini memiliki tingkat polusi cahaya yang lebih rendah jika dibandingkan dengan Observatorium Bosscha di Bandung.
Selain itu, observatorium ini juga menyediakan ruang galeri, teleskop portabel diameter 0,3-0,7 meter dan teleskop Matahari. Selain itu juga direncanakan akan dibangun taman dengan tema astronomi khususnya yang terkait dengan arkeo-astronomi.
Di masa akan datang, observatorium ini diproyeksikan menjadi jendela pendidikan dan riset astronomi di kawasan Sumatera. Diantaranya observatorium ini telah berhasil memotret dan mengabadikan Komet Swan.
Sumber link : https://santricendekia.com/empat-observatorium-di-kawasan-sumatera/