oleh : AMK Affandi
Ibarat sebuah kaki meja yang berkaki 4, kolaborasi merupakan salah satu kaki. Andai satu kaki itu dihilangkan, maka yang terjadi adalah kekuatan meja untuk menahan beban menjadi berkurang. Meja ini diibaratkan sebuah Pendidikan di era revolusi industry 4.0. Pengembangan pendidikan melalui pola 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation).
Era revolusi industri 4.0 adalah era yang tidak dapat dihindari. Pasti akan kita temui bahwa Pendidikan akan menuntut tiga hal. Pertama : bagaimana seorang siswa mudah mendapatkan sesuatu semudah sentuhan jari menyentuh gadget. Layanan informasi yang diberikan kepada anak mudah dimengerti. Kedua, kecepatan. Kecepatan dalam era ini sangat dibutuhkan. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama, semakin cepat kemungkinan memiliki keuntungan semakin besar. Termasuk didalamnya cepat merespon informasi dari siswa.
Ketiga, Murah. Siapapun dan dimanapun, akses untuk mendapatkan informasi pasti dipilih yang murah. Pemilihan aplikasi sebagai media komunikasi pesan tepat sasaran. Sesuaikan dengan materi atau evaluasi. Demikian juga dengan durasi waktu isi pesan. Semakin fokus permasalahan yang hendak di share, semakin pendek durasinya.
Dalam dunia pendidikan era 4.0, tiga prinsip tersebut juga berlaku. Pelayanan pendidikan yang mudah, cepat dan murah menjadi dambaan setiap orang. Dengan tidak mengesampingkan kompetensi seorang pendidik, tiga prinsip tersebut akan menjadikan daya tarik tersendiri untuk lembaga pendidikan di era 4.0.
Sejumlah riset memaparkan bahwa berkolaborasi itu merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan perusahaan, sebab ia meningkatkan produktivitas para pekerja sekaligus mutu hasil pekerjaan mereka. Konsultan manajemen kerja menyatakan bahwa, kolaborasi memudahkan para pekerja dalam mengembangkan diri, membuat mereka merasa lebih dihargai, dan membantu mereka memahami tujuan besar pekerjaan masing-masing.
Tak ubahnya seperti Pendidikan kalau dilihat dari sektor manajemen. Penetaan disetiap lini tidak bisa dianggap sepela. Manajemen secara keseluruhan merupakan sebuah mesin, yang menggerakkan setiap sendi. Setiap komponen, sekecil apapun, harus berperan. Sebagai contoh, bila seorang guru akan membuat media pembelajaran. Maka Ia membutuhkan, paling tidak sarana. Sarana yang representatif akan membantu menyelesaiakan tugas dengan cepat. Ia juga perlu konsultasi dengan teman sejawat untuk menghasilkan sebuah produk.
Materi pelajaran yang hendak diberikan kepada siswa dengan menggunakan media pembelajaran semakin kompleks dan semakin beragam media yang menawarkan dari berbagai keunggulannya. Seorang guru harus menyadari bahwa kemampuan untuk meraup dan menguasai semua media hampir mustahil, maka salah satu jalan dengan kolaborasi.
Kerjasama di zaman sekarang masuk dalam ruang keharusan. Alasan utamanya adalah efektif dan efisien. Bekerja sama dalam sebuah pekerjaan akan terasa ringan. Perbedaan kolaborasi dan kerja individu adalah pada beban yang harus ditanggung dalam menyelesaikan sebuah tugas. Jika dikerjakan sendiri, akan terasa berat dan sulit menuntaskannya. Namun bila dikerjakan bersama, maka beban akan terbagi. Tugas akan cepat kelar.
Berkolaborasi juga dapat memunculkan ide. Jika mengerjakan sebuah pekerjaan seorang diri, terkadang ada waktu di mana kita sangat buntu sehingga tak ada ide yang muncul. Berkolaborasi dengan orang lain, akan memudahkan kita memperoleh ide. Banyaknya ide yang disuarakan, dapat dielaborasi menjadi sebuah jalan keluar dalam menuntaskan pekerjaan.
Bekerja sama bisa menekan rasa ego. Berkolaborasi juga jadi sarana tepat untuk melatih diri agar tidak egois. Bekerja dengan banyak orang, akan membuat seseorang menahan diri, tidak memaksakan kehendak. Kolaborasi juga mengajarkan kita akan perbedaan dalam diri masing-masing individu. Hal ini sekaligus menyadarkan bahwa manusia adalah makhluk yang unik.