Menata Kerapian Manajemen Bangunan Sekolah (2)

Prof. Imam Robandi
Guru Besar ITS, Alumni Tottori University, Japan

Jendela berfungsi untuk meneruskan Cahaya dan juga udara dari luar ruangan untuk masuk ke dalam ruang kelas. Oleh sebab itu, ukuran dan tempat jendela harus dirancang secara tepat. Kita sering menemukan, jendela kaca dipasang, sedangkan yang hadapan ruang tersebut adalah ruangan yang tidak ada sinar matahari, sehingga jendela kaca ini menjadi tidak berfungsi. Ini harus dihindari, karena jendela yang sudah dibuat dengan berbiaya yang tidak sedikit, tetapi tidak mempunyai fungsi. Ini adalah salah satu keborosan yang sering terjadi dan banyak pengurus yayasan atau penyelenggara dan kepala sekolah  menganggap biasa. Begitu banyak sekolah yang terlihat sangat gelap karena lebar jendelanya adalah sangat sempit, sedangkan untuk melebarkan jendela menjadi kurang bersemangat karena membutuhkan biaya, sehingga yang ditempuh adalah menambah lampu di ruang kelas untuk meningkatkan cahaya yang jatuh di atas meja siswa. Menambah cahaya dengan memasang lampu adalah perilaku boros, karena harus membayar arus listrik setiap bulan, dan ini akan dibebankan pada uang SPP. Warna cat kelas yang gelap, membuat siswa tidak dapat menerima cahaya dengan maksimal. Cahaya diserap oleh tembok yang berwarna tua, dan tidak sedikit pimpinan Yayasan yang mengecat tembok dalam kelas sekolahnya dengan warna biru dongker tua dan ungu atau warna gelap yang lain yang sangat menyerap cayaha. Kalau kita menggunakan lampu listrik, berapa kilowatt daya yang harus dibayar setiap bulan karena diserap oleh tembok bercat tua itu. Artinya, kita sering tidak dapat membayar guru dengan tidak  layak karena di antaranya adalah karena keborosan seperti ini yang diakibatkan tidak mempunyai kemampuan merancang sekolah dengan benar, sehingga hal ini merambat ke manajemen menjadi  tidak profesional. Kalau sudah seperti ini, who has done something wrong.

Rancang Bangun yang Optimal

Kita sering melihat bangunan sekolah yang dirancang asal-asalan, atau asal selesai, dan tidak memikirkan resiko manajemen di kemudian hari.  Gedung sekolah dengan pilar-pilarnya yang berdiri dengan jarak yang sangat dekat, sehingga gedung sekolah terlihat seperti penjara, setiap empat meter ada pilar, bahkan ada yang setiap tiga meter berdiri pilar. Bukan hanya saja menghabiskan banyak uang, tetapi juga menghabiskan ruang, yang seharusnya di situ tidak ada pilar, dan bangunan menjadi semrawut. Pemeliharaan pilar-pilar sebanyak itu adalah tidak sederhana, semakin rumit, semakin menghabiskan uang. Padahal di sekitar kita sudah banyak contoh gedung yang dibangun dengan pilar-pilar yang berjarak delapan meter, sehingga terlihat rapi dan bersih. Walaupun ini disadari dan masuk akal, tetapi menyarankan mereka untuk membangun agar pilar-pilar tidak berjarak dekat adalah tidak mudah, dengan alasan ini dan itu. (bersambung)

Tinggalkan Balasan